Entah kenapa, kami berjalan-jalan di lantai 3 sayap Utara. Lantainya Media Pendidikan lagi. Mungkin abis dari kamar mandi di atas. Karena sepi dan biasanya pada mandi di sana sehabis olahraga. Sebelumnya kami bertemu rombongan kelas 1 unggulan (Kalo gak 1 A ya 1 B... 1A keliatannya). Dan seperti biasanya, teman-teman bersiul-siul menggoda cewe-cewe kelas 1 yang masih anyar gris dan cantik-cantik itu.
Setelah itu. Pada sibuk di kamar mandi. Ada yang minta Biore, ada yang minjem sisir. Ada yang mandi. Ada yang berak... macem-macemlah! Sesudah itu kami pun menuju kelas yang kebetulan melewati ruang media pendidikan. Di depan ruang media pendidikan banyak sepatu adik-adik kelas 1 yang tadi bertemu. Memang jika masuk ruang pendidikan harus pake copot sepatu. Koyo mesjid wae!
"Wha.. lha iki mesti sepatune Irma!"
(Irma, kelas 1 unggulan, sedang jadi bintang saat itu. Dia penyiar di salah satu radio swasta juga seorang model. Jadi tau kan kenapa dia tenar!)
"Ndi ndhelok!"
"Wah sikile gedhi!"
"Ndhelok ndi?"
"Nyoh panganen sepatune!"
"Tak sisake nggo kowe nyoh!"
"Kene oper kene!"
"Aku yo di yak i!"
"Oper!"
"Awas Pinalti!"
Sebuah sepatu, entah milik siapa mendarat di kepala. Lalu dibalas dengan sepatu lain. Lama kelamaan tujuannya bukan saling membalas, tapi main sepakbola dengan sepatu sebagai bolanya. Walhasil, kerumunan sepatu itu pun porak-poranda. Terbalik-balik, mana kiri mana kanan. Punya cowok apa cewek. Suasana gadhuh di luar ruang tentu saja terdengar sampai dalam. Karena tanpa sengaja kami juga menndang pintu ruangan.
Bu Guru Media Pendidikan, Saya lupa namanya! Keluar dengan kemoceng. Diikuti asistennya yang jangkung dan mukanya agak katrok. Kami dibentak sambil diacungi kemocengnya. Kami pun lari terbirit-birit menuju lantai 2 yang tangganya tepat di depan pintu. Semuanya lari terbirit-birit dan tak tahan menahan tawa. Pas turun tanggal malah ada yang jatuh, ada yang menutupi jalan bagi temannya sehingga panik. Dan melihat bu guru itu tak mengejar lagi, hanya dari atas sambil "memaki-maki" kami, kami pun pada berdiri di balkon tangga yang baru saja kami turuni. Teman-teman yang masih ada di kelas pun juga pada keluar melihat kegaduhan itu. Kami pun membaur. Sementara bu guru dari atas masih marah-marah. Satu per satu adik-adik kelas 1 yang tadi di dalam media pendidikan keluar dan berdiri di belakang guru yang marah-marah itu. Lantai 3 jadi tampak penuh. Muka adik-adik kelas pun juga sebel..hihihi.. beberapa ada yang mencari sepatunya, yang lain ada juga yang senyam-senyum.
Sementara kami yang dimarahi malah melihat adik-adik kelas di atas, terutama adik kelas yang cewe donk! Pada memilih mana yang cantik.. hihihi... sementara bu guru masih ngoceh.
"Awas ya! Segala tindakan kalian tadi akan saya laporkan ke kepala sekolah. Asal kalian tahu saja, di jendela itu sejak tadi sudah saya pasang kamera! Jadi saya punya cukup bukti untuk menindak kalian! Awas kalau kalian mengulangi membuat kegaduhan di Media Pendidikan lagi... bla.. bla..bla...!"
Yang dimarahi masih cekikikan di bawah, seakan gak terjadi apa-apa. (Teganya kalian ya!!)
Lalu bu guru itu masuk kembali keruangannya. Diikuti adek-adek kelas 1 yang tadi berkerumun. Untuk sesaat, suasana kembali tenang. Teman-teman juga khawatir, ternyata tindakan tadi direkam kamera. Beberapa memberanikan diri naik kembali ke lantai 3. Bendol, Musho dan si Mamad mengintip dari pojokan. Benar saja, ada kamera besar di sana (kalo gak salah Sony M9000).
"Whah.. bener! njuk piye iki?"
"Dicedhaki ae yok! kok koyone lampune ki ra murup."
"Lha ngko yen direkam tenan piye?"
"Yo mronone tiarap!"
Sementara teman-teman lain sudah berkumpul di belakang. Disuruh mengendap-endap. Beberapa yang lain, tiarap seperti ABRI, merambat menuju jendela. Si Musho sudah curiga, kamera itu hanya di pasang saja dan tidak merekam, sebab indikator perekam di kamera itu tidak menyala.
"Heh! Ngopo jhe do koyo ulo! Radirekam kui ndes!"
"Mosok? kok reti?"
"Lha kui ra murup kamerane. Ngopo ndadak tiarap nyuk? koyo wong edan!"
Yang tiarap tadi buru-buru berdiri. Dasar tolol! Sudah tau banyak sepatu, kotornya minta ampun.. eee..malah tiarap... goblok banget sih kowe nyuk?! hayoh sopo ndhisek sing tiarap?
Kamera terpasang di balik jendela kaca. Bendhol memulai aksinya
"Remaja! Berjumpa lagi dengan saya, Sindi Fatikasari dalam acara Ekspresi!' Sambil mengacungkan tiga jarinya.
"Kowe ki ngopo jhe Dhol?"
"Ekspresi!"
"Wogh hooh! mlebu tipi su! Sopo reti direkam tenan!"
"Ekspresi!"
"Ekspresi"
Suara mereka dibikin pelan saja, soalnya jika gadhuh nanti mengusik Bu Guru kemoceng yanga da di dalam. Tapi suara-suara lirih itu akhirnya tak tertahan juga. Teriakan-teriakan dan pose-pose teman-teman di depan kamera (mati) itu kian menjadi-jadi.
"Adi dan teman-teman sudah sembuh!" Kata Rahmad di depan kamera, menirukan iklan di TV.
Beberapa ada yang mulai menendangi sepatu lagi. Kegaduhan pun muncul. Tiba-tiba saja di balik jendela, bu Guru dan asistennya muncul. Sedikit kaget. Namun pentas aksi itu masih diteruskan dengan berbagai gaya konyol; nungging, lompat, ketawa, nyanyi tak ubahnya seperti anak TK!
Bu Guru keluar, dan kami pun kabur lagi. Terbirit-birit sambil terpingkal-pingkal.
"Bu Guru, besok filmnya saya minta ya!"
=========================
Jika rekaman itu benar ada, atau benar-benar direkam. Kami mau mengkopinya. Bahkan jika disuruh membayar, kami akan membayarnya!!! Plissssss......
Bertemu kembali dengan saya dalam Ekspresi!!!
1 komentar:
Wah jan... Do nakal-nakal... tak kandhakne Tuhan!!!
Posting Komentar