Beberapa kali kelas kami dipanggil sama guru BP. Guru BP di sebuah SMA biasanya menjadi momok yang menakutkan. Namun di MOEHA??...
Ini cerita hanya diambil dari beberapa kami dipanggil Guru BP;
Kelas 2 G:
Kelas kami yang tak pernah kalah main sepakbola memang bandel. Ada saja cara menantang anak kelas lain buat maen sepakbola, taruhan! Jika kalah, maka harus bayar Rp. 50 ribu! Di tahun itu uang 50 ribu adalah jumlah yang sangat besar. Bisa buat pesta ayam bakar satu kelas!
Sekolah kami bisa dihitung dengan jari satu tangan orang yang bisa sepakbola. Yang lainnya, asal sepak aja, pokoknya mejauh dari gawang! Kami pun juga tak cukup modal jika kami kalah dan harus urunan sampai 50 ribu. Modal kami cuma kekompakan tim! Walhasil, kami tak pernah kalah sepakbola.
Suatu kali kami menantang teman-teman SMA Muhammadiyah 7 (MUTU) buat taruhan maen bola. Lupa saya skornya berapa, pokoknya malah terjadi keributan kecil di sana. Karena keributan itulah kami dipanggil guru BP. Semua yang ikutan main harus ke Ruang BP. SEKARANG!!! Akhirnya sekelas pada ke Guru BP. Kelas kosong. Gurunya sendirian di ruangan.
Goghon sempat kena jitak cincin pak Joker (Joko) yang gedhe itu gara-gara ngomong "Mo ikut liga Dunhill!"
Sejak saat itu, segala macam olahraga yang berhubungan dengan sepakbola, apalagi pake taruhan ditiadakan!!! Malah kelas kami dapat ancaman!
Namun, sepakbola taruhan masih saja terjadi.
sssstttt... jangan bilang sapa-sapa ya! Abis itu, segala taruhan dibicarakan secara bisik-bisik! Kelas unggulan kami kalahkan! Adek kelas kami libas. Lalu kelas 2 F, tetangga deket kelas pun mengakui kemenangan kami. Dengan perolehan uang yang banyak, kami pun pesta ayam bakar di jalan Ahmad Dahlan. Rame! Malem mingguan soalnya. Tak lupa, mengajak bekas lawan, beberapa teman kelas F.
***
Kelas 3 IPS 3
Seperti cerita sebelumnya, Kami pernah bikin prakarya di ruang Media Pendidikan. Aksi coret-coret itu pun menjadi besar, karena si Bendhol mencoret-coret bukan di meja, tapi di dinding yang susah dihapus. Kata-katanya pun sangar!!!
Akhirnya guru BP datang ke kelas kami.
"Siapa yang mencoret-coret media pendidikan?!"
Satu orang mengacungkan jari. Lalu dua orang, tiga orang dan akhirnya semua mengacungkan jari. Pak Guru BP jadi sebel!
"Siapa yang mencoret-coret media pendidikan!"
Teman-teman semakin yakin dan tegas mengacungkan jarinya. Beberapa ada yang tertawa terkikik. Semuanya mengaku kalau dirinya yang mencoret-coret media pendidikan. Pak Guru BP semakin sebel.
"Semuanya menuju ruang BP. SEKARANG!"
Di ruang BP semua mengambil tempat duduk. Tempat duduknya melingkar. Joker di tengah-tengah dengan muka sebel yang mencoba ditutupinya dengan senyuman sinis.
"Siapa yang mencoret-coret ruang media pendidika!!!" Katany mengulangi.
Dan seperti biasa, semuanya mengacungkan jari.
"Saya pak! Saya!"
"Saya juga!"
"Aku yo hooh!"
"Mau tak pigura!"
"Itu lukisan masterpiss saya jhe pak!"
"Itu buat ibu."
"Daripada coret-coret mejanya bapak kan?!"
Joker semakin sebal saja. Dia pun ceramah tentang kesetiakawanan. Dia salut dengan kesetiakawanan kami. Hingga lambat laun, Joker yang dikenal galak itu pun tak menjadi galak di depan kami. Dengan penuh senyum dan beberapa ancaman. Akhirnya para pencoret-coret yang asli pun mengaku.
"Jika ada yang tidak mencoret-coret media pendidikan, silakan keluar."
Mulanya pada gak mau. Tapi satu persatu keluar. Dan tinggal 5 orang di dalam kelas; Bendhol, Musho, Gendut, Jampess dan seorang lagi lupa...
Kami hanya disuruh mengisi surat pernyataan menyesal lalu menghapus hasil coret-coret. Semuanya menghapus dengan gampang, kecuali Bendhol. Abis itu pulang dengan ketawa-tiwi. Joker tak segalak omongan orang. Tapi gak tau si Bendhol, sepertinya dia disendirikan. Susah dihapusnya. Harus merusak dinidng.
Piye Dhol kowe?
Pas kae kowe diapakne?
Ora dsodomi tho?
HAHAHA....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar